Senin, 12 Januari 2009

Sistem Semi Organik,Alternatif Mengatasi Kelangkaan Pupuk Kimia

Ketersediaan hara yang cukup dalam tanah merupakan suatu keharusan bagi tanaman untuk menghasilkan produksi yang memadai. Pada tanah-tanah yang subur kandungan hara sudah tersedia dengan cukup. Sekitar 16 jenis unsur hara diperlukan tanaman, baik itu unsur hara makro maupun unsur hara mikro. Unsur hara makro terdiri dari unsur C, H, N, O, S, P, Mg, Ca, dan K, sedangkan unsur hara mikro terdiri dari unsur Fe, Al, Zn, Mo, B, Bo, Mn, dan yang lainya. Apabila satu atau lebih unsur hara tersebut tidak tersedia maka petumbuhan tanaman akan terganggu.

Kandugan hara di dalam tanah tidak selamanya dapat mencukupi kebutuhan tanaman untuk berproduksi, karena kandungan hara dalam tanah semakin lama semakin berkurang seiring dengan pemanenan yang berulang kali. Guna mencukupi hara dalam tanah yang semakin berkurang maka perlu dilakukan usaha untuk mengembalikan kesuburan tanah, salah satu usahanya adalah dengan pemberian pupuk.

Pupuk yang ditambahkan ke dalam tanah untuk membantu mengembalikan unsur hara yang semakin berkurang dapat berupa pupuk an organik dan pupuk organik. Pupuk anorganik atau yang sering disebut juga pupuk kimia merupakan pupuk sintesis buatan pabrik yang menggunakan bahan kimia. Sedangkan pupuk organik merupakan pupuk yang menggunakan bahan dari alam, misalnya kotoran ternak; seresah daun; dan yang lainnya.

Kelangkaan pupuk kimia di pasaran

Pada umumnya petani menggunakan pupuk kimia untuk membantu menyuburkan tanah. Mereka merasa penggunaan pupuk kimia lebih praktis dan tidak perlu membuatnya. Dengan jumlah pupuk kimia yang tidak terlalu banyak, mereka sudah dapat mendapatkan hasil dari tanaman yang cukup banyak. Hal itulah yang membuat mereka menjadi tergantung pada pupuk kimia.

Ketergantungan petani terhadap pupuk kimia menyebabkan permintaan pupuk kma semakn meningkat. Hal ini membuat pengusaha pupuk kimia harus dapat menyediakan pupuk kimia untuk kegiatan produksi petani secara terus menerus. Namun, ini tidak diimbangi dengan ketersediaan bahan baku yang ada. Inilah yang membuat pupuk kimia menjadi langka di pasaran.

Penyebab utama kelangkaan pupuk yang terjadi di Indonesia adalah tidak ada satupun industri di Indonesia cukup kuat pondasinya untuk mempertahankan kelangsungan produksinya. Semua Industri Indonesia khususnya yang berbasiskan bahan baku kimia itu di dapatkan dari import, artinya kandungan lokalnya (Bahan Baku Lokal) tidak lebih dari 20%-30% yang dihasilkan oleh Indonesia untuk suplai industri dalam negeri. Di Sisi yang lain, transaksi dalam Perdangangan Internasional alat tukarnya masih mengunakan Dollar AS. Sementara itu, nilai tukar dollar AS di dalam negeri sepanjang bulan desember 2008 berada pada kisaran 11000-11700/USD.

Penyebab lainnya yaitu Alur distribusi pupuk kimia di Indonesia yang terlalu panjang. Semakin panjang alur distribusi, semakin besar pula resiko pupuk tersebut tidak sampai pada petani. Alur distribusi pupuk yang saat ini berjalan di Indonesia terdiri dari : Lini I (pabrik), Lini II (UPP), Lini III (Gudang Produsen dan Distributor), Lini IV (Pengecer Resmi), Kelompok Tani/Petani.

Berbagai kebijakan telah digulirkan pemerintah untuk mengatasi kelangkaan pupuk ini. Secara umum kebijakan itu mencakup soal produksi, distribusi dan pemberian subsidi. Namun kebijakan tersebut terkesan ambigu dan tidak jelas, karena ; Pertama, kelangkaan pupuk dipandang sebagai problem teknis semata, sehinga tidak berupaya memotret persoalan secara keseluruhan, seperti arus kuat untuk menyerahkan produksi dan distribusi pupuk nasional ke mekanisme pasar. Kedua, langkah-langkah pemerintah tersebut sama sekali tidak menjawab sebab-sebab utama kelangkaan pupuk.

Dampak kelangkaan pupuk kimia

Jelaslah sudah dengan kelangkaan pupuk ini maka semakin memberatkan ekonomi para petani, karena produksi semakin berkurang. Semakin berkungnya pupuk menyebabkan petani harus melakukan budidaya dengan pupuk seadanya, sehingga produksi tanaman yang didapat menjadi kurang optimal. Hasil dan kualitas panen yang menurun drastis bahkan resiko gagal panen menyebabkan pendapatan petani menurun dan harus menanggung semua biaya produksi.

Dampak kelangkaan pupuk tersebut akan semakin parah ketika petani tidak lagi mempunyai kemauan untuk menanam. Tidak adanya petani yang mau menanam berarti tidak ada bahan makanan yang bisa diolah dan dimakan, sehingga harus import. Impor mungkin saja dilakukan tetapi tentu harganya akan semakin mahal dan belum tentu aman dari segi kebersihan dan kualitas.. Keadaan tersebut jika berlarut-larut juga akan menggangu ketahanan pangan nasional.

Pertanian adalah sektor vital dalam pertumbuhan suatu negara, sehingga petani harus tetap menanam jika tidak ingin mengalami krisis pangan. Namun demikian petani juga harus difasilitasi dengan berbagai hal yang bisa mendukung terlaksananya pertanian di Indonesia.

Sistem semi organik sebagai solusi kelangkaan pupuk kimia

Pemerintah diharapkan tidak hanya konsentrasi pada penyediaan pupuk kimia saja, tetapi juga harus diimbangi dengan pencarian alternatif pemecahan masalah untuk mengatasi kelangkaan pupuk kimia dipasaran. Sebenarnya banyak alternatif yang dapat dterapkan, salah satunya adalah penerapan sistem semi organik. Sistem semi organik merupakan penggabungan sistem pertanian organik dengan pertanian non-organik. Penggabungan sistem ini diharapkan dapat menutupi kekurangan dari masing – masing sistem.

Dengan berbagai kekurangan tersebut, dalam menggunakan pupuk perlu adanya pertimbangan yang tepat. Dalam kegiatan pemupukan pertimbangan penting yang selalu perlu diperhatikan untuk mendapatkan hasil optimal adalah:

(1) Kelengkapan dan keberimbangan unsur hara (nutrisi) makro dan mikro yang tersedia;

(2) Tingkat penyerapan hara yang tinggi dan efisien;

(3) Kesehatan tanaman untuk memperoleh hasil panen yang tinggi;

(4) Dengan menggunakan pupuk diharapkan akan terjadi perubahan pada struktur fisik, kimia dan mikrobiologi tanah kearah yang lebih baik;

(5) Menciptakan kondisi ramah dan tidak merusak lingkungan;

(6) Secara ekonomis menguntungkan yaitu biaya pemupukan yang rendah, baik harga pupuk per satuan luas, biaya transportasi, maupun biaya tenaga kerja juga rendah; serta

(7) Mudah didapat pada saat dibutuhkan.

Kegiatan pemupukan dengan menggunakan pupuk kimia tidak mendukung pertimbangan kegiatan pemupukan tersebut. Pemupukan dengan pupuk kimia mempunya kekurangan, antara lain:

(1) Ketersediaan pupuk yang dibutuhkan dalam jumlah, jenis dan waktu kadang-kala tidak sesuai dengan kebutuhan;

(2) Kalaupun pupuk tersedia, harganya tidak cukup ekonomis untuk digunakan;

(3) Penggunaan pupuk dalam jumlah dan volume yang besar akan mengeluarkan biaya untuk harga pupuk, biaya transportasi dan tenaga kerja yang besar pula;

(4) Aplikasi pupuk kimia dalam volume yang besar pada umumnya tidak efisien karena tidak semua hara yang diperlukan terserap tanaman, sebagiannya menguap atau tercuci karena kondisi tanah yang kurang ideal (berpasir, keasaman tanah terlalu tinggi atau terlalu rendah, lahan gambut, lahan pasang surut, menipisnya kandungan bahan organik, dll);

(5) Terjadi penyerapan unsur hara yang agresif pada pertanaman monokultur, sehingga mengganggu keseimbangan unsur hara makro dan mikro;

(6) Penggunakan pupuk kimia secara terus menerus dalam waktu lama dan volume besar akan merusak struktur, tekstur dan mikrobiologi tanah serta kapasistas tukar kation.

Kekurangan pupuk kimia tersebut sebenarnya dapat ditutup dengan jalan menggunakan pupuk organik dalam budidaya pertanian. Pupuk organik mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya : Bahan-bahan untuk pembuatan pupuk organik ini mudah diperoleh, pembuatan pupuk organik secara umum tidak membutuhkan biaya yang mahal, dapat mengembalikan kesuburan tanah dalam jangka panjang, pembuatannya tidak sulit, petani tidak perlu melalui pelatihan-pelatihan yang mengajarkan teori-teori yang rumit, tidak mengandung zat kimia, pupuk organik juga ramah lingkungan. Yang paling penting dari pupuk organik adalah kandungan unsur haranya lengkap, sehingga kebutuhan unsur hara dapat tercukupi semua dengan satu macam pupuk.

Secara sederhana pupuk organik itu memberi makan pada tanah (feeding soil), sedangkan pupuk organik memberi makan pada tanaman. Padahal tanaman mengambil makan dari tanah dan oleh karena itu yang semestinya layak diberi makan adalah tanahnya bukan tanamannya.

Kelemahan dari pupuk organik adalah butuh waktu yang agak lama, karena pupuk organik butuh diolah terlebih dahulu. Pengolahan tersebut tujuannya agar unsur hara di dalam pupuk organik dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Selain itu, kekurangan pupuk organik tidak menunjukan hasil secara cepat seperti pupuk kimia, karena pupuk organik bersifat slow release, artinya pupuk organik dimanfaatkan oleh tanaman sedikit demi sedikit.

Dengan berbagai kelebihan dan kekurangan dari masing – masing sistem tersebut, maka sistem semi organik-penggabungan sistem organik dan anorganik- diharapkan bisa saling melengkapi dan nantinya akan dapat mengatasi kelangkaan pupuk kimia yang selama ini terjadi.

Cara Mudah Bertanam Asparagus


Asparagus merupakan salah satu jenis sayuran yang dikonsumsi bagian batang muda atau tunasnya. Asparagus yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat dunia terdiri dari dua jenis, yaitu Asparagus putih dan Asparagus hijau. Asparagus putih dibudidayakan di dataran tinggi dan tidak banyak dijumpai di Indonesia.

Sayuran ini termasuk jenis sayuran mahal yang biasanya hanya tersedia di restoran dan hotel. Oleh karena itu, sayuran ini kurang begitu dikenal di kalangan masyarakat menengah ke bawah. Namun demikian, prospek pengembangan Asparagus ini cukup baik karena sayuran ini banyak diminati oleh masyarakat luar negeri sehingga ekspor komoditas asparagus dapat meningkatkan devisa negara serta memberikan keuntungan bagi petani.

Salah satu tempat budidaya asparagus di Indonesia adalah di Teras dan Mojosongo Kabupaten Boyolali. Pusat budidaya Asparagus di Teras-Boyolali merupakan kerjasama antara Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali dengan Misi Teknik Pertanian Taiwan di Indonesia. “Benih Asparagus berasal dari Taiwan, yang kemudian dikembangkan di Indonesia.” kata Pujiastuti selaku asisten lapang di Misi Teknik Pertanian Taiwan.

Bertanam asparagus sebenarnya hal yang tidak sulit, karena bertanam asparagus hanya sederhana seperti bertanam tanaman yang lainnya. Untuk dapat bertanam Asparagus secara benar, Misi Teknik Pertanian Taiwan telah membuat panduan budidaya Asparagus. Langkah budidaya tersebuat antara lain : persiapan bibit, pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, dan panen.

Persiapan Bibit

Pembibitan Asparagus dapat dilakukan secara vegetatif dengan kultur jaringan, anakan yang berasal dari tunas maupun setek, serta secara generatif dari biji. Dari ke tiga asal bibit tersebut, bibit yang berasal dari biji lebih baik. Awalnya, bibit didatangkan dari Taiwan, tetapi mulai tahun 2007 ini petani mulai mengembangkan usaha pembibitan asparagus secara mandiri. Harga bibit Asparagus hijau mencapai 2,5 juta rupiah untuk setiap 2 pound atau 800 gram-nya. Dalam luasan 1 ha lahan memerlukan 600 gr bibit asparagus.

Asparagus merupakan tanaman yang ditanam secara tidak langsung (Indirect seedling) melalui persemaian. Dalam pembibitan dengan biji terdapat 6 tahap, yaitu :

1. Persemaian

Dalam persemaian, perlu diperhatikan pemilihan lahan persemaian yaitu lahan yang berdrainase baik, bukan bekas lahan tanaman asparagus, tanahnya gembur, subur dan berpasir. Bedengan tempat persemaian dilakukan pengolahan tanah, diberi pupuk dasar dan Furadan 3G untuk menghindari hama. Bedengan dibuat dengan lebar 120 cm, tinggi 20 – 25 cm, lebar parit 40 cm dengan kedalaman 40 cm.

2. Perendaman benih

Benih yang akan disemaikan sebelumnya direndam dalam air dingin pada suhu 27ºC selama 24-48 jam. Selama perendaman, air diganti 2 – 3 kali. Biji ynag mengambang pada saat perendaman dibuang.

3. Semai benih

Benih disemai pada tanah dengan jarak tanam 15×10 cm, dengan kedalaman 2,5 cm, setiap 1 lubang ditanam 1 biji. Di atas permukaan tanah ditutup jerami atau sekam kemudian disiram secukupnya.

4. Perawatan persemaian

Meliputi pencegahan hama dan penyakit dilakukan seawal mungkin.

5. Pemupukan

Sewaktu masih dipersemaian setiap 20 – 30 hari dilakukan pemupukan susulan urea.

6. Seleksi dan Pencabutan benih

Transplanting atau pemindahan bibit dilakukan setelah 5 – 6 bulan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam transplanting diantaranya bibit yang akan dipindahkan adalah bibit yang sehat; bibit yang dicabut harus segera ditanam; dan sebelum penanaman akar dipotong, disisakan 20 cm, dan pucuk tanaman dipangkas hingga tinggi tanaman hanya ± 20 cm.

Pengolahan Tanah

Sebelum penanaman, lahan yang akan ditanami asparagus dibajak dalam dan merata. Dibuat parit dengan kedalaman 15 – 20 cm. Untuk tempat tanam, jarak antar tanaman 40 – 50 cm dan jarak antar baris 1,25 – 1,5 m. Pada awal tanam tidak digunakan pupuk kimia, tetapi menggunakan pupuk kandang.

Penanaman

Bibit yang ditanam adalah bibit yang sudah berumur 5 – 6 bulan. Penanaman dilakukan pada pagi hari sekitar jam 9 atau pada sore hari sekitar jam 4.

Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman Asparagus meliputi :

1. Pembumbunan

Apabila tunas sudah mulai tumbuh, dapat dilakukan pembumbunan. Pada musim hujan, parit diperdalam. Hal ini karena Asparagus tidak menyukai genangan.

2. Pemangkasan

Pemangkasan dilakukan setelah induk tanaman membentuk 8 – 10 batang, selebihnya dipangkas. Setelah mendekati masa panen batang yang dipelihara cukup 3 – 5 batang. Pemangkasan juga dilakukan pada cabang dan batang yang terserang hama atau penyakit.

3. Pengairan dan drainase

Dilakukan dengan cara menggenangi parit (di-Lêb) setinggi setengah dari tinggi parit, ditunggu hingga air meresap sampai atas, kemudian sisa air dibuang.irigasi pada musim kemarau dilakukan tiap 1 minggu sekali.

4. Pemupukan susulan

Selain pupuk susulan biasa, setiap tahun juga dilakukan pemupukan berkala, yaitu pemupukan berat seperti saat pertama kali tanam. Pada saat tersebut tidak dilakukan panen selama 3 – 4 minggu (fase istirahat) dan dilakukan seleksi induk. Pupuk susulan dilakukan dengan cara membuat parit sepanjang barisan berjarak 20 cm dari tanaman, dalamnya parit 15 cm kemudian pupuk dicampur dan ditutup dengan tanah. Pupuk susulan kimia diberikan setiap bulan, sedangkan pupuk kandang diberikan setiap 3 bulan sekali. Pupuk susulan ke empat kembali lagi seperti pupuk I, dan seterusnya.

Pemupukan untuk 1000 m2 :

Jenis pupuk

Pupuk Dasar (kg)

Susulan I (kg)

Susulan II (kg)

Susulan III (kg)

Kandang

2000 – 3000

-

-

2000 – 3000

Urea

-

30

30

30

TSP

-

30

-

30

KCL

-

20

20

20

Sumber : Misi Teknik Prtanian Taiwan

5. Pengelolaan hama dan penyakit

Tanaman induk yang mati karena terkena hama atau penyakit dipotong dan diganti dengan cara membesarkan batang yang tumbuh normal. Hama yang sering dijumpai adalah ulat grayak dan ulat tanah yang menyerang selama periode transisi musim kemarau ke musim hujan, sedangkan penyakit yang menyerang dari golongan jamur. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara mekanik selama serangan belum terlalu berat. Aplikasi pestisida dilakukan jika serangan sudah cukup berat. Pestisida yang digunakan adalah pestisida organik (Daun Tembakau).

Panen

1. Kriteria panen

Asparagus dapat dipanen rebungnya pada umur 4-5 bulan setelah transplanting. Asparagus hijau yang dipanen adalah setelah muncul diatas tanah dengan kondisi pucuk yang masih kuncup.

2. Cara panen, interval, frekuensi

Panen dilakukan dengan dua cara, yaitu mencabut dan memangkas atau memotong batang muda. Cara panen dengan memotong batang muda merupakan cara yang lebih baik, karena cara tersebut tidak merusak sistem perakaran tanaman yang dijadikan indukan. Jika panen pertama dilakukan pada umur 4 bulan setelah transplanting, maka penen kedua pada umur 5 bulan dengan interval panen 2 hari sekali, bulan keenam dan seterusnya dapat dipanen setiap hari.